Dongeng Putri Salju dan 7 Kurcaci - Pada suatu waktu, hiduplah seorang Ratu di sebuah kerajaan. Ratu
ini adalah wanita tercantik di seluruh negeri dan sangat bangga dengan
kecantikannya. Ratu memiliki Cermin Ajaib yang dapat menjawab setiap
pertanyaan. Setiap pagi, Ratu berdiri di hadapan Cermin Ajaib dan bertanya
kepada Cermin Ajaib,
“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik
di negeri ini?”. Setiap hari pula Cermin Ajaib akan menjawab, “Ratuku adalah
yang paling cantik di negeri ini”.
Suatu hari, saat pertengahan musim dingin, saat salju jatuh
seperti bulu dari langit, Ratu duduk di dekat jendela yang dipigura oleh
kerangka kayu berwarna hitam. Sambil menjahit, dia menatap salju hingga tak
sengaja jarinya tertusuk jarum jahit. Tiga tetes darah jatuh dari jari Ratu
yang terluka. Darah tersebut jatuh di atas salju, merah di atas putih, tampak
begitu cantik.
Melihatnya, Ratu kemudian berpikir, “Andai saja aku punya anak
dengan kulit seputih salju, bibir semerah darah, dan rambut sehitam bingkai
jendela ini”. Tak lama kemudian, sang Ratu pun memiliki anak dengan kulit
seputih salju, bibir semerah darah, dan rambut sehitam bingkai jendela. Dia
dipanggil, Putri Salju.
Waktu terus berjalan dan Putri Salju tumbuh menjadi gadis
remaja. Kecantikannya sudah melampaui kecantikan Ratu. Suatu hari, Ratu kembali
bertanya kepada Cermin Ajaib,
“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita
tercantik di negeri ini?”. Saat itu Cermin Ajaib menjawab, “Ratuku adalah yang
paling cantik di negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik
daripada Ratuku”.
Sejak saat itu, Ratu pun menjadi benci kepada Putri Salju.
Ratu merasa kecantikannya tersaingi oleh Putri Salju. Ratu berpikir untuk
menyingkirkan Putri Salju sehingga dia akan kembali menjadi wanita tercantik di
negeri ini.
Ratu pun memanggil pemburu dan menyuruhnya membawa Putri
Salju ke hutan. Pemburu itu diperintahkan untuk menikam Putri Salju sampai
mati, dan membawa paru-paru dan hati Putri Salju kembali ke Ratu. Ratu ingin
memasak paru- paru dan hati Putri Salju dengan garam dan memakannya, untuk
melampiaskan kebenciannya kepada Putri Salju.
Pemburu pun mengajak Putri Salju ke hutan. Ketika pemburu
mengambil pisau berburu untuk menusuk Putri Salju, Putri Salju mulai menangis,
dan memohon sungguh-sungguh agar pemburu itu tidak membunuhnya. Putri Salju
berjanji untuk melarikan diri ke hutan dan tidak pernah kembali. Pemburu merasa
kasihan padanya dan ia berpikir untuk melepaskan Putri Salju. Jika Putri Salju
berlari ke dalam hutan, maka Putri Salju akan dimakan oleh binatang buas. Maka
pemburu pun melepaskan Putri Salju dan menyuruhnya berlari ke dalam hutan.
Untuk memenuhi permintaan Ratu agar membawa paru- paru dan
hati Putri Salju, maka pemburu itu membunuh seekor babi hutan. Paru- paru dan
hati babi hutan tersebut diambil oleh pemburu dan dibawanya kembali ke Ratu,
sebagai bukti bahwa pemburu tersebut telah membunuh Putri Salju. Ratu pun memasaknya
dengan garam dan memakannya, mengira bahwa ia telah memakan paru- paru dan hati
Putri Salju.
Putri Salju sekarang sendirian di hutan besar. Dia sangat
takut dan mulai berlari. Dia berlari di atas batu-batu tajam dan ranting-
ranting pohon sepanjang hari. Akhirnya, saat matahari hampir terbenam, ia
datang ke sebuah rumah kecil. Rumah ini milik tujuh kurcaci. Mereka sedang
bekerja di tambang dan saat itu sedang tidak berada di rumah. Putri Salju pun
masuk ke dalam dan menemukan segala sesuatunya lebih kecil, tetapi tersusun
rapi dan teratur. Ada meja kecil dengan tujuh piring kecil, tujuh sendok kecil,
tujuh pisau kecil dan garpu, tujuh cangkir kecil, dan di dinding ada tujuh
tempat tidur kecil.
Putri Salju merasa lapar dan haus sehingga dia memutuskan untuk
mengambil sedikit sayuran dan roti dari setiap piring dan minum setetes anggur
dari setiap gelas. Karena begitu lelah, dia pun tidur di salah satu tempat
tidur. Ketika malam datang, tujuh kurcaci kembali dari tempatnya bekerja.
Mereka menyalakan tujuh lilin kecil mereka , dan melihat bahwa seseorang telah
berada di rumah mereka.
Kurcaci pertama berkata, “Siapa yang telah duduk di
kursiku?”.
Kurcaci kedua berkata, “Siapa yang telah makan dari piringku?”.
Kurcaci ketiga berkata, “Siapa yang telah makan rotiku?”.
Kurcaci keempat
berkata, “Siapa yang telah makan sayuranku?”.
Kurcaci kelima berkata, “Siapa
yang makan menggunakan garpuku?”.
Kurcaci keenam berkata, “Siapa yang telah
memotong dengan pisauku?”.
Kurcaci ketujuh berkata, “Siapa yang telah minum dari
cangkirku?”.
Mereka merasa heran dan penasaran, siapakah orang yang telah
masuk ke rumah mereka. Kemudian mereka menemukan Putri Salju sedang tidur di
salah satu tempat tidur mereka. Ketujuh kurcaci itu pun berlari mengelilingi
Putri Salju dan berseru takjub,
“Dia begitu cantik”.
Mereka sangat menyukai
Putri Salju dan membiarkannya tidur di tempat tidur mereka.
Putri Salju bersama 7 kurcaci Ketika Putri Salju terbangun,
mereka menanyakan siapa dia dan bagaimana dia telah menemukan jalan ke rumah
mereka. Putri Salju bercerita bagaimana ibunya telah mencoba membunuhnya,
bagaimana pemburu membiarkannya hidup, bagaimana ia menjalankan seluruh hari,
hingga akhirnya datang ke rumah mereka. Para kurcaci merasa kasihan dan
mengijinkan Putri Salju tinggal di rumah mereka dengan syarat Putri Salju harus
mencuci baju, membersihkan rumah, memasak, dan mencuci untuk mereka. Selain
itu, mereka juga memperingatkan Putri Salju untuk tidak membiarkan siapa pun
masuk ke dalam rumah mereka.
Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali
menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada
Cermin Ajaib,
“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di
negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di
negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”.
Ratu
pun terkejut dan tahu bahwa pemburu sudah menipunya. Dia pun segera mencari
Putri Salju dan akan membunuhnya sendiri, karena Ratu tidak akan tenang sampai
Cermin Ajaib mengatakan bahwa Ratu adalah wanita tercantik di seluruh negeri,
bukan Putri Salju.
Ratu pun berpikir keras untuk dapat membunuh Putri Salju.
Dia menyamar sebagai wanita tua penjual pakaian dan merias wajahnya sedemikian
rupa sehingga tidak ada seorang pun yang mengenalinya. Ratu pun pergi ke rumah
kurcaci dan mengetuk pintunya,
“Buka. Bukalah. Aku wanita tua penjual pakaian”.
Putri Salju tidak mengizinkan wanita tua itu masuk, sesuai dengan pesan para
kurcaci. Putri Salju hanya mengintip dari jendela dan bertanya,
“Apa yang kamu
miliki?”. “Korset tali, Nak,” kata wanita tua dan ditunjukkannya satu korset
tali yang dijalin dari sutra kuning, merah, dan biru.
Putri Salju menyukainya
dan membeli korset itu untuknya. Saat dia memasang korset itu, wanita tua
menawarkan untuk membantunya, “Kamu tidak memasangnya dengan benar, kemarilah,
aku akan melakukannya dengan lebih baik,” dan wanita tua itu menarik tali
korset dengan begitu ketat sehingga Putri Salju tidak bisa bernafas. Putri
Salju pun jatuh dan seolah- olah ia sudah mati. Wanita tua itu merasa puas dan
kembali ke istananya.
Malam pun datang dan ketujuh kurcaci kembali dari tambang.
Mereka menemukan Putri Salju tergeletak. Mereka mengangkatnya dan menemukan
bahwa Putri Salju mengikat tali korset terlalu erat. Ketujuh kurcaci pun
memotong tali korset sehingga Putri Salju dapat kembali bernafas. “Pasti itu
adalah Ratu yang coba membunuh kamu. Hati- hatilah. Jangan biarkan orang lain
masuk lagi,” kata ketujuh kurcaci.
Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali
menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada Cermin
Ajaib,
“Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di negeri
ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di negeri
ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”.
Ratu kembali
terkejut. Dia pun menyusun rencana baru untuk membunuh Putri Salju. Ratu pun
membuat sisir beracun.
Ratu kembali menyamar menjadi penjual sisir dan mengetuk
pintu rumah tujuh kurcaci. Putri Salju tidak memperbolehkannya masuk. Lalu Ratu
mengeluarkan sisir dan mengatakan bahwa dia penjual sisir. Putri Salju pun
membukakan pintu dan membeli sisir. “Ayo, biarkan aku menyisir rambutmu,” kata
wanita penjual. Dia baru saja menempelkan sisir ke rambut Putri Salju, sehingga
membuat gadis itu jatuh dan mati. “Itu akan membuatmu terbaring di sana,” kata
Ratu.
Para kurcaci pulang tepat pada waktunya. Mereka melihat apa
yang telah terjadi dan menarik sisir beracun dari rambut Putri Salju. Putri
Salju membuka matanya dan hidup kembali. Dia berjanji pada kurcacil untuk tidak
membiarkan siapa pun masuk ke rumah tujuh kurcaci.
Sementara itu di istana, Ratu berpikir bahwa dia kembali
menjadi wanita tercantik di seluruh negeri. Ratu pun kembali bertanya kepada
Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di
negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di
negeri ini, tetapi Putri Salju seribu kali lebih cantik daripada Ratuku”. Ratu
sangat marah, “Putri Salju akan mati, walaupun imbalannya adalah nyawaku!”
Ratu masuk ke kamar rahasia nya dan membuat apel beracun.
Esoknya dia menyamar sebagai wanita tua penjual apel. Wanita tua itu menawarkan
apel kepada Putri Salju. Putri Salju menolaknya. “Jika kamu tidak ingin, aku
tak bisa memaksamu,” kata wanita tua, “Jika kamu takut, maka aku akan memotong
apel menjadi dua dan makan setengahnya. Ini, kamu makan setengah yang
kemerahan”. Apel itu dibuat begitu berseni dan hanya setengah yang beracun.
Ketika Putri Salju melihat bahwa wanita tua itu makan separuh bagian dari apel
itu, keinginan untuk mencicipi semakin kuat, sehingga ia akhirnya membiarkan
tangan wanita tua itu memberikan apel yang setengah lainnya melalui jendela.
Putri Salju menggigit apel tersebut, belum sampai habis Putri Salju sudah jatuh
ke tanah dan mati.
Ratu sangat senang. Dia pulang ke istana dan bertanya pada
Cermin Ajaib, “Wahai Cermin Ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di
negeri ini?”. Cermin Ajaib pun menjawab, “Ratuku adalah yang paling cantik di
negeri ini”. Ratu senang karena sekarang dia kembali menjadi wanita paling
cantik di negeri ini.
Malam itu para kurcaci pulang dari tambang. Putri Salju
tergeletak di lantai, dan dia sudah mati. Mereka tidak bisa menghidupkan
kembali. Mereka membaringkannya di atas usungan dan ketujuh kurcaci tersebut
duduk di sampingnya, menangis selama tiga hari. Mereka akan menguburkan dia,
tapi mereka melihat bahwa dia tetap segar. Dia tidak terlihat seperti orang
mati, dan dia masih memiliki pipi merah cantik. Mereka membuat peti kaca untuk
Putri Salju, dan meletakkan Putri Salju di dalamnya, sehingga dia bisa dilihat
dengan mudah. Mereka menulis nama Putri Salju di atas peti dalam huruf-huruf
emas, dan salah satu dari mereka selalu tinggal di rumah dan terus
mengawasinya.
Putri Salju dan Pangeran Suatu hari seorang Pangeran muda
datang ke rumah kurcaci dan ingin tempat bermalam. Ketika dia masuk ke ruang
tamu mereka, dia melihat Putri Salju terbaring di peti kaca, begitu cantik
diterangi oleh tujuh lilin kecil. Pangeran meminta mereka untuk memberikan
kepadanya, karena dia tidak bisa hidup tanpa bisa melihatnya. Ketujuh kurcaci
kasihan kepada Pangeran itu dan memberikan peti kaca berisi Putri Salju kepada
Pangeran.
Pangeran itu itu membawa peti mati ke istanaya dan
ditempatkan di sebuah ruangan di mana ia duduk di sampingnya setiap hari.
Setiap dia pergi, Peti kaca Putri Salju dibawa juga bersamanya. Pegawai istana
yang selalu membawakannya untuk Pangeran. Suatu hari mereka sangat marah
tentang hal ini, karena harus membawa peti kaca ke manapun Pangeran pergi.
Salah satu dari mereka membuka peti kaca, mengangkat tegak Putri Salju, dan
berkata,
“Kami terganggu sepanjang hari, hanya karena seorang gadis yang mati,”
dan ia memukul punggung Putri Salju dengan tangan. Kemudian potongan apel yang
mengerikan keluar dari mulut Putri Salju dan Putri Salju hidup kembali. Akhir
dari cerita ini adalah pernikahan antara Pangeran dan Putri Salju.
Putri Salju dan pangeran hidup bahagia selamanya bersama 7 kurcaci...