Sampailah mereka di sebuah bukit, si kancil, kura-kura dan kijang bertemu dengan seekor rusa. Rusa juga ingin ikut. Segeralah rusa bergabung dalam rombongan.
Dalam perjalanan, di sebuah lembah berjumpalah
mereka dengan seekor babi hutan. Babi hutan menayakan apakah ia boleh ikut.
"Tentu saja, itu gagasan yang baik, daripada hanya berempat lebih baik berlima,"
jawab kura-kura.
Setiba di bukit yang berikutnya, berjumpalah si kancil dan kura-kura beserta kijang, rusa dan babi dengan seekor
beruang. Lalu mereka berenam melanjutkan perjalanannya. Kemudian mereka bertemu
dengan seekor badak.
"Bagaimana kalau aku ikut," tanya badak.
"Mengapa tidak?", jawab mereka semua.
Bahkan bergabung pula seekor
banteng. Dan berikutnya rombongan si kancil dan kura-kura bertemu dengan seekor kerbau yang
akhirnya ikut serta. Begitu pula ketika mereka bertemu dengan seekor gajah.
Demikianlah, mereka bersepuluh berjalan berbaris beriringan mengikuti si kancil
dan akhirnya mereka sampai ke danau yang dituju. Bukan main banyaknya ikan yang
berhasil ditangkap.
Ikan kemudian disalai dengan mengasapinya dengan nyala api
sampai kering. Keesokan harinya, beruang bertugas menjaga ikan-ikan ketika yang
lainnya sedang pergi menangkap ikan. Tiba-tiba seekor harimau datang mendekat.
Tak lama kemudian beruang dan harimau terlibat dalam perkelahian seru.
Beruang
jatuh pingsan dan ikan-ikan habis disantap oleh harimau. Berturut turut mereka
kemudian mendapat giliran menjaga ikan-ikan, yaitu gajah, banteng, badak, kerbau, babi hutan, rusa dan kijang, semuanya
menyerah.
Sekarang tinggal si kancil dan kura-kura yang belum mendapat giliran
menjaga ikan-ikan. Kura-kura dianggap tidak mungkin berdaya menghadapi harimau,
maka diputuskanlah si kancil yang akan menjaga ikan-ikan tersebut.
Sebelum teman-temannya pergi
menangkap ikan, si kancil meminta teman-temannya untuk mengumpulkan rotan sebanyak-banyaknya. Lalu
masing-masing dipotong kira-kira satu hasta. Tak lama kemudian tampak si kancil sedang
sibuk membuat gelang kaki, gelang badan, gelang lutut dan gelang leher.
Sebentar-sebentar kancil memandang ke langit seolah-olah ada yang sedang diperhatikannya.
Harimau terheran-heran, lalu perlahan-lahan mendekati si kancil. Kancil
pura-pura tidak mempedulikan harimau.
Harimau
bertanya, "Buat apa gelang rotan bertumpuk-tumpuk itu?".
Jawab si kancil, "Siapa yang memakai gelang-gelang ini akan dapat melihat apa yang sedang
terjadi di langit".
Lalu dia menengadah sambil seolah-olah sedang menikmati
pemandangan di atas. Terbit keinginan harimau untuk dapat juga melihat apa yang terjadi di langit.
Bukan
main gembiranya si kancil saat mendengar permintaan harimau. Si kancil meminta harimau duduk
di tanah dan melipat tangan dan kaki. Lalu dilingkarinya kedua tangan, kedua kaki
dan leher harimau dengan gelang-gelang rotan sebanyak-banyaknya sehingga
harimau tidak dapat bergerak lagi.
Setelah dirasa cukup, rombongan si kancil
berniat kembali pulang ke rumah, akan tetapi mereka bertengkar mengenai bagian masing-masing.
Mereka berpendapat, siapa yang berbadan besar akan mendapatkan bagian yang besar
pula.
Si Kancil sebenarnya tidak setuju dengan usulan tersebut. Lalu si kancil mencari
akal. Tiba-tiba melompatlah si kancil dan memberi tanda ada bahaya datang.
Mereka semuanya
ketakutan dan terbirit-birit melarikan diri. Ada yang jatuh tunggang langgang, ada yang
terperosok ke lubang dan ada pula yang tersangkut di akar-akar pohon. Hanya si kancil dan kura-kura yang tidak lari. Lalu si kancil dan kura-kura berdua pulang dan berjalan berdendang
sambil membawa banyak sekali bungkusan salai.