Dahulu kala, ada seorang putri yang terkenal dengan kecantikannya. Ia bernama Putri Mawar. Ia berparas putih, dan tinggi. Ayahnya adalah seorang raja yang baik hati dan suka menolong rakyat. Namun, sifat Putri Mawar sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Putri Mawar lebih dikenal sombong dan tidak mau berteman dengan rakyat biasa. Suatu hari, sang Raja bermimpi bertemu dengan seorang kakek tua.
“Kau memiliki putri yang sangat cantik. Saat umurnya tepat tujuh belas tahun nanti, akan ada seorang pemuda datang melamarnya. Putrimu harus menerima pemuda itu. Jika tidak, putrimu akan berubah menjadi sekuntum bunga,” ucap kakek itu dalam mimpi sang Raja.
Sang Raja terbangun. Ia langsung menemui seorang penafsir mimpi dan menceritakan mimpinya. Si penafsir mimpi itu memberi tahu bahwa Raja harus melakukan perintah dalam mimpi itu. Jika tidak, Raja bisa kehilangan putri semata wayangnya itu. Semenjak itu, Raja selalu waswas dalam menanti hari ulang tahun Putri Mawar yang ketujuh belas.
Akhirnya, Putri Mawar berulang tahun ketujuh belas. Raja sudah bersiap-siap sedari pagi menanti kedatangan seorang pemuda yang akan melamar putrinya. Hingga datanglah seorang pemuda pendek, hitam, dan tubuh berduri ke hadapan sang Raja.
“Hai, Raja. Akulah pemuda yang ada dalam mimpimu. Aku datang untuk melamar Putri Mawar,” kata pemuda itu. Raja tentu saja terkejut. Putri Mawar pun dipanggil untuk diperkenalkan kepadanya. Begitu bertemu, Putri Mawar langsung terkejut.
“Bagaimana mungkin kau yang datang untuk melamarku. Aku adalah seorang putri berparas cantik dan semua orang memujaku, sedangkan kau hanyalah seorang laki-laki biasa bertubuh pendek dan berduri. Kau tidak pantas untukku. Aku tidak mau menikah denganmu,” jawab Putri Mawar.
Setelah itu, bumi bergetar. Pemuda bertubuh pendek tadi berubah menjadi seorang kakek tua yang berasal dari mimpi sang Raja. Putri Mawar terkejut.
“Kau benar-benar Putri cantik yang sombong. Kecantikan rupamu sungguh tidak sesuai dengan sikapmu. Mulai saat ini kau akan berubah menjadi sekuntum bunga cantik yang penuh dengan duri.”
Tubuh Putri Mawar seketika kaku perlahan-lahan ia berubah menjadi sekuntum bunga merah yang terlihat cantik, namun batangnya penuh duri. Sang Raja menangis menyesali perkataan dan perbuatan putrinya. Raja lalu menanam bungan itu di kebun depan istana. Hingga saat ini, orang-orang memanggil bunga itu dengan sebutan Bunga Mawar.
“Kau memiliki putri yang sangat cantik. Saat umurnya tepat tujuh belas tahun nanti, akan ada seorang pemuda datang melamarnya. Putrimu harus menerima pemuda itu. Jika tidak, putrimu akan berubah menjadi sekuntum bunga,” ucap kakek itu dalam mimpi sang Raja.
Sang Raja terbangun. Ia langsung menemui seorang penafsir mimpi dan menceritakan mimpinya. Si penafsir mimpi itu memberi tahu bahwa Raja harus melakukan perintah dalam mimpi itu. Jika tidak, Raja bisa kehilangan putri semata wayangnya itu. Semenjak itu, Raja selalu waswas dalam menanti hari ulang tahun Putri Mawar yang ketujuh belas.
Akhirnya, Putri Mawar berulang tahun ketujuh belas. Raja sudah bersiap-siap sedari pagi menanti kedatangan seorang pemuda yang akan melamar putrinya. Hingga datanglah seorang pemuda pendek, hitam, dan tubuh berduri ke hadapan sang Raja.
“Hai, Raja. Akulah pemuda yang ada dalam mimpimu. Aku datang untuk melamar Putri Mawar,” kata pemuda itu. Raja tentu saja terkejut. Putri Mawar pun dipanggil untuk diperkenalkan kepadanya. Begitu bertemu, Putri Mawar langsung terkejut.
“Bagaimana mungkin kau yang datang untuk melamarku. Aku adalah seorang putri berparas cantik dan semua orang memujaku, sedangkan kau hanyalah seorang laki-laki biasa bertubuh pendek dan berduri. Kau tidak pantas untukku. Aku tidak mau menikah denganmu,” jawab Putri Mawar.
Setelah itu, bumi bergetar. Pemuda bertubuh pendek tadi berubah menjadi seorang kakek tua yang berasal dari mimpi sang Raja. Putri Mawar terkejut.
“Kau benar-benar Putri cantik yang sombong. Kecantikan rupamu sungguh tidak sesuai dengan sikapmu. Mulai saat ini kau akan berubah menjadi sekuntum bunga cantik yang penuh dengan duri.”
Tubuh Putri Mawar seketika kaku perlahan-lahan ia berubah menjadi sekuntum bunga merah yang terlihat cantik, namun batangnya penuh duri. Sang Raja menangis menyesali perkataan dan perbuatan putrinya. Raja lalu menanam bungan itu di kebun depan istana. Hingga saat ini, orang-orang memanggil bunga itu dengan sebutan Bunga Mawar.
Nasihat :
Jangan pernah meremehkan seseorang. Kita tidak boleh menganggap diri kita yang terbaik. Sombong hanya akan membawa kesengsaraan.