KISAH
KERBAU, ULAR DAN MANUSIA
Oleh:
Yasmin Salsabila Siagian
Dahulu
kala di negeri yang
jauh disana,
Hiduplah sebuah keluarga,
terdiri dari Ayah dengan tiga anaknya. Sang istri telah lama
meninggal saat melahirkan
anak bungsunya. Hidup
mereka jauh dari kata baik, bahkan bisa dibilang sangat
kekurangan. Sehingga sang
Ayah berfikir kalau ia hendak mencari pekerjaan jauh dari negeri
mereka. Saat sang ayah hendak pergi,
ayahnya berpesan
jikalau nanti dalam tiga bulan ayahnya tidak kembali,
mereka bisa mencari ayahnya
dengan syarat saat
melihat air yang sangat jernih di pertengahan
jalan nanti, jangan
mandi atau minum air di sana. Sampai berulang-ulang Ayah
mereka mengingatkan.
Seiring berjalannya waktu, tak terasa tiga bulanpun
terlewati dan ternyata Ayah mereka tidak kunjung kembali. Ahirnya
mereka bertiga sepakat
untuk mencari ayahnya dengan membawa bekal
seperlunya. Mereka
berjalan menyusuri
hutan berhari-hari. Tanpa disadari perbekalan mereka habis. Mereka sangat laar dan haus.
Tiba-tiba tidak jauh di depan sana, ada kolam yang berisi air sangat jernih. Dipinggirannya tumbuh pohon sangat rindang
sehingga cocok untuk berteduh. Ketiga anak itu melihat
sampai takjub dan lupa diri, akibat haus yang tak
tertahankan. Kakak pertama dan keduanya berniat untuk mandi, mereka menghiraukan pesan Ayahnya. Walaupun si bungsu sudah
mengingatkan, tapi
kedua kakaknya tetap menceburkan
diri kedalam kolam
tersebut. Tidak
lama kemudian,
saat mereka selesai mandi
alangkah terkejudnya sang adik ketika
melihat kakanya berubah menjadi kerbau
dan ular tanah.
Saat
menyadari apa yang sudah terjadi, sang kakak pertama berubah menjadi kerbau sangat menyesal dan ia menangis karena tidak mematuhi pesan sang Ayah. Begitu juga dengan kakak kedua, Ahirnya, mereka bertiga tetap
meneruskan perjalanan untuk menemui sang Ayah.
Saat bertemu sang Ayah, betapa terkejutnya dia melihat apa
yang terjadi terhadap anak
anaknya. Ayahnya menangis menyesali karena anaknya tidak
mengikuti nasihatnya. Seketika sang kakak yang berubah menjadi ular merasa
lapar, sehingga ia melihat ada seekor katak. Ular langsung menggigit katak itu.
Dan ternyata ia salah menduga, itu bukan seekor katak melainkan mata kaki sang
Ayah. Ayahnya menjadi lemas tak berdaya dan akhirnya meninggal dunia. Ular, kerbau,
dan sang adik menangis sejadi-jadinya menyesali perbuatan mereka karena dari
awal tidak mendengarkan nasihat Ayah.
Ahirnya
setelah kejadian itu, ular berpesan kepada Adiknya agar sebelum jauh masuk kehutan jikalau
melihat ular
tanah segera
bunuh. Kalau tidak mereka akan mematuk
kakinya.
Lalu
sang kakak yang menjadi kerbau, meminta untuk berbakti, membantu membajak sawah dan bersedia
dikurbankan. Dengan imbalan meminta makan rumput
dan dibakarkan
api unggun di dekat
kandangnya agar
tidak ada ular saat malam hari. Dan
sampai sekarang di mana ada kandang kerbau di sana pasti ada api tidak jauh dari kandang.
-tamat-